Menteri Siti: Negara tidak diam atas kebakaran hutan!
Minggu, 28 Agustus 2016
Sumber:
NewsBreaking21-Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya mengatakan, saat ini Indonesia tengah memasuki musim krusial Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Meski jumlah hotspot atau titik api secara nasional berkurang hingga 70-90 persen, kewaspadaan terus ditingkatkan seiring dengan mulai masuknya musim kering.
"Jumlah hotspot tahun 2016 dibanding tahun 2015 (Periode 1 Januari-28 Agustus) dari pantauan satelit NOAA18/19 mengalami penurunan dari 8.247 titik tahun lalu, menjadi 2.356 titik pada tahun ini atau lebih dari 74,64 persen," tulis Menhut dalam pesan Whatsapp yang diterima merdeka.com, Minggu (28/8).
Menurutnya, penurunan terbesar terjadi di Provinsi Riau dan Kalimantan Tengah. Di Riau, pada periode yang sama tahun 2015 terdapat 1.292 titik api, sementara tahun ini turun jadi 317 titik. Sedangkan di Kalteng, dari 1.137 titik api tahun lalu, turun menjadi 56 titik api pada tahun ini.
"Sementara berdasarkan satelit TERRA/AQUA (NASA), dengan periode yang sama, terlihat jumlah hotspot tahun 2016 berkurang 74,70 persen dibanding tahun 2015. Tahun sebelumnya tercatat 11.690 titik api, tahun ini menjadi 2.937 titik api," jelasnya.
Mantan Sekjen DPD RI ini mengatakan, penurunan yang cukup signifikan itu tidak terlepas dari upaya tiada henti tim terpadu di lapangan. Mereka bekerja tanpa mengenal hari libur bahkan sampai bermalam di lokasi untuk menjaga titik api tidak meluas. Lokasi yang sulit dijangkau melalui jalur darat, dilakukan pemadaman melalui jalur udara.
"Untuk memaksimalkan upaya pengendalian Karhutla, Pemerintah Provinsi juga sudah menetapkan Status Siaga Darurat Penanggulangan Bencana Asap akibat Karhutla, seperti di Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Jambi dan Kalimantan Selatan," ujarnya.
"Selain itu dilakukan patroli terpadu sebagai upaya mensinergikan para pihak dalam pencegahan Karhutla sampai pada tahap tapak (masyarakat). Patroli Terpadu melibatkan unsur Manggala Agni, Polhut, TNI, POLRI, pers, LSM dan aparat desa/tokoh masyarakat".
Lebih lanjut dia mengatakan, pelaksanaan patroli berbasis komando bertingkat dengan operasional Posko Desa, Posko Daops, Posko tingkat Provinsi (Balai Besar/Balai KSDA/TN) dan Posko Nasional di KemenLHK.
"Target kerja kita jelas: Jangan sampai rakyat kembali merasakan derita asap seperti tahun-tahun sebelumnya. Kita ingin menekan semaksimal mungkin jumlah titik api penyebab meluasnya dampak asap," tegasnya.
"Semua pintu komunikasi telah saya buka selebar-lebarnya. Handphone pribadi saya selalu hidup selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu. Saya menerima banyak sekali laporan, dari pagi hingga dini hari, baik melalui sms, BBM, email maupun Whatsapp. Serta melalui media sosial facebook, fanpage dan twitter," sambungnya,
Menurutnya, laporan kepadanya datang dari berbagai elemen masyarakat dan tim terpadu di lapangan. Siti mengaku membaca semua laporan itu dan menjadi referensi obyektif untuk mengambil langkah-langkah penanganan lanjutan, serta melakukan koordinasi ke lintas sektoral, lintas Kementerian terkait dan pihak-pihak terkait lainnya.
"Saya memantau asap cukup pekat saat ini menghampiri warga Duri, Dumai dan beberapa daerah di Riau. Sementara di Pekanbaru, pagi tadi asap kembali terlihat meski ISPU terpantau masih dalam status baik," katanya.
"Segenap hati dan perhatian saya tertuju pada rakyat di daerah yang saat ini merasakan dampak Karhutla. Kepala BNPB dan Kepala BRG telah berada di Riau. Upaya pemadaman dimaksimalkan dengan rencana penambahan dua helikopter lagi serta penambahan peralatan dan dukungan dari personil TNI/Polri," lanjutnya.
Dia melanjutkan, kondisi sekarang ini merupakan waktu kritis dan pihaknya bersyukur masih bisa menekan sebaran titik api. Asap yang muncul juga bersifat fluktuatif dan bisa berubah sewaktu-waktu bergantung faktor alam seperti arah angin. Seiring juga dengan berbagai usaha serta kerja keras tim terpadu. Termasuk penegakan hukum bagi pelaku yang sengaja membakar lahan. Karena dari pantauan satelit terlihat, ada lahan-lahan yang sengaja dibakar dan meluas hingga membawa dampak asap.
"Saya dapat memahami, rakyat di daerah yang rawan Karhutla, sudah jenuh dengan asap dan asap lagi. Namun saya pastikan dan tegaskan, bahwa negara tidak diam dan pemerintah terus bekerja tiada henti, dengan segala kekuatan yang ada untuk menangani Karhutla. Kita tidak ingin bencana ekologis yang membuat daerah tertutup asap selama berbulan-bulan seperti tahun lalu, kembali terulang," katanya.
Menurutnya, upaya pemadaman tim terpadu hanyalah satu ikhtiar dari banyak instrumen yang pemerintah punya. Saat ini KLHK telah melakukan moratorium sementara izin pengelolaan hutan, lahan sawit dan pengelolaan lahan gambut. Ini salah satu langkah untuk mengevaluasi sekaligus membenahi pengelolaan sumber daya alam dengan tetap memperhatikan faktor lingkungan.
0 komentar:
Posting Komentar